Stop Diskriminasi Kusta Atas Nama Agama

Kusta
Sumber gambar : islam.nu.or.id

Kusta, juga dikenal sebagai lepra, telah menjadi suatu penyakit yang dikaitkan dengan stigma dan diskriminasi di berbagai budaya dan agama selama berabad-abad. Dalam beberapa agama, kusta dianggap sebagai kutukan atau hukuman atas dosa-dosa seseorang.

Namun, seiring berkembangnya waktu pandangan agama tentang kusta telah berubah menjadi lebih empati. Agama manapun pasti menekankan soal cinta kasih terhadap sesama tanpa terkecuali.


Dalam agama Kristen, Yesus dianggap sebagai penyembuh kusta yang kuat, di beberapa kitab Injil, dia dikatakan menyembuhkan banyak orang yang mengalami kusta. Di agama Hindu, penderita kusta dianggap sebagai orang yang terkena karma negatif dari kehidupan sebelumnya, namun di saat yang sama, agama ini mendorong pemberian dan perawatan yang baik bagi penderita.


Dalam Islam, meskipun ada stigma dan diskriminasi terkait kusta di beberapa budaya, Rasulullah mengajarkan pentingnya merawat orang sakit dan memperlihatkan empati kepada mereka. Hadis juga mencatat bahwa Nabi Muhammad pernah mengunjungi dan merawat orang yang menderita kusta.


Kusta

"Sesungguhnya Rasulullah SAW, memegang tangan seorang penderita kusta, kemudian memasukannya bersama tangan beliau ke dalam piring. Kemudian beliau mengatakan: "'Makanlah dengan nama Allah, dengan percaya serta tawakal kepada-Nya'" (HR at-Turmudzi).


Di agama Buddha, kusta dipandang sebagai salah satu dari banyak penyakit yang dapat dialami oleh manusia, dan ajaran Buddha menekankan pentingnya empati dan kasih sayang terhadap orang yang menderita.


Secara keseluruhan, pandangan agama tentang kusta telah berkembang dari kutukan menjadi kesadaran akan perlunya memberikan perawatan dan empati terhadap orang yang menderita penyakit ini.


Talkshow Ruang Publik KBR, Kusta dalam Perspektif Agama.


Kusta

Senin, 8 Mei 2023 diselenggarakan talkshow live YouTube bertajuk Kusta dalam Perspektif Agama oleh NLR Indonesia di channel Berita KBR. Menghadirkan pembicara Muhammad Iqbal Syauqi, dokter umum RSI Aisyiyah Malang, kontributor Islami.co serta pendeta dan OYPMK Pdt. (Emeritus) Corinus Leunufna.

Dokter Iqbal mengatakan bahwa memang penyakit kusta hadir jauh sebelum era Nabi Muhammad dan disebut judzam artinya terpotong atau terputusnya bagian tubuh akibat kusta. Sebab penderita kusta nantinya berpotensi menjadi disabilitas. Sampai ada doa khusus untuk dihindarkan dari kusta. Dapat diambil kesimpulan bahwa kusta memang penyakit yang dianggap mengkhawatirkan.

Dokter Iqbal mengingatkan soal penularan kusta karena kontak erat dalam jangka waktu lama dengan penderita serta kondisi imun tubuh saat terpapar bakteri kusta. Kecacatan kusta bisa dicegah sejak dini ketika melihat gejala awalnya. Ada peran tokoh agama untuk membuka stigma bahwa kusta merupakan penyakit yang dapat diobati dan sembuh serta mengurangi anggapan bahwa kusta adalah kutukan.

Lalu pendeta Corinus bercerita soal pengalamannya sebagai OYPMK. Gejala yang dialami pertama kali yaitu mati rasa pada kaki lalu oleh dokter disarankan untuk segera memeriksakan diri ke puskesmas. Saat pergi ke puskesmas 16 Juni 2016, dokter memvonis pendeta Corinus sudah terinfeksi kusta. Beliau sempat takut dengan stigma di masyarakat. Beliau minum obat tanpa putus hingga pada Mei 2017 pendeta resmi menjadi OYPMK. 

Sebagai seorang rohaniawan, beliau selalu berdoa untuk para penderita kusta yang kurang beruntung. Beliau merasa saat terkena kusta adalah teguran dari Tuhan agar turut melibatkan diri dalam pelayanan bagi mereka yang menderita kusta. 

Kesimpulan dari talkshow tersebut adalah memanusiakan manusia lebih penting termasuk pada penderita kusta dibanding terus-terusan berkutat pada stigma. Dokter Iqbal memberikan tips pencegahan agar terhindar dari kusta yaitu menjaga kebersihan, segera memeriksakan orang bergejala, jika kita sendiri yang terkena segera berobat. Lalu untuk menghindari stigma, bisa dengan mengedukasi diri dari sumber-sumber yang benar. 

Komentar

Postingan Populer